Thursday, February 19, 2009

ANGIN PANAS

Angin panas bulan Agustus tahun-tahun silam
Masih juga mengekas santer
Masih juga selalu kemudian meruabkan debu
Ke bendera yang kita kibar setiang penuh!
Oleh lekapan debu
Merah menampak kecoklatan
Putih kelihatan abu-abu
Merah putih katamu
Kehitaman di kalbu
Sendiri, lama
Patah-patah oleh sedu sedan
Siapa masih menyanyikan Indonesia Raya
Dengan sepasang mata
Tetap memancarkan cintanya?
Di sini, di dalam dan bersama
Angin panas bulan Agustus tahun-tahun silam
Siapa masih menaruh percaya
Terhadap harapan
Yang kau kata makin menjadi kian fana saja?
Bunda, bunda di mana ia?
Bunda! Tak kau lihatkah betapa semua menestapa?