Wednesday, June 3, 2009
OH…….THREE CUPS OF TEA
Pertama kali aku dengar tentang Three Cups Of Tea (TCOT) tepatnya ketika Andy Noya mengulas buku tersebut di programnya. Sayangnya aku tak berhasil menang kuis yang berhadiah buku tersebut. Sejak saat itu buku tersebut jadi satu²nya yang sangat ingin aku baca. Berbulan-bulan aku ‘setengah mati’ mencari, tapi tak pernah ketemu. Akhirnya aku menyerah seraya berpikir barangkali berjodoh untuk tau (sekelumit) ceritanya tapi tak berjodoh untuk memiliki bukunya. Atau tak berjodoh untuk memiliki, dan tak berjodoh untuk pinjam dari teman pula.
Ketika aku berangkat kerja di jalan aku lihat selebaran iklan tentang pameran buku murah yang bersamaan dengan diadakannya hajatan besar Pekan Batik Internasional II. Jauh² hari aku sudah menyiapkan segudang rencana termasuk mencari TCOT tentunya.
Hari minggu (hari kelima pameran) pergilah aku ke pameran tersebut dengan kedua (di antara sekian,,,cie) sahabatku, yaitu Mba I’in dan Mba Yuli. Asal tau aja, Mba I’in sudah dapat tiga buku dengan harga masing² cuma lima ribu rupiah padahal harga sebenarnya jauh diatasnya. Jadi makin semangatlah aku.
Aku mulai mencari TCOT di stan paling luar (aku lupa nama penerbitnya), tidak ada. Pindah dari satu stan ke stan yang lain ngga ketemu. Di Gramedia petugasnya malah balik nanya, “Three Cups Of Tea? Penerbitnya mana? Bukan Gramedia kali mba”.
Haaaaa…aku baru sadar kalau aku cuma tau judul dan penulisnya tanpa tau penerbitnya.
Aku melesak lagi ke dalam, ke stan Mizan, Elex Media (aku agak ragu waktu di sini), dan beberapa stan lain, tapi masih juga belum berhasil.
Standar semangat pun turun. Ikhlas saja deh. Aku sudah memutuskan untuk berhenti mencari dan berencana mencari tau penerbitnya untuk kemudian pesan langsung ke sana. Aku lihat Mba Yuli sedang di kasir stan Hikmah. Ketika mataku tertuju ke satu tumpukan buku di rak display, tiba²…ada seseorang yang menepuk bahuku. Ketika aku menoleh ternyata kakak iparku. Suka buku pula dia rupanya. Setelah ngobrol sebentar dan dia pergi, aku kembali bengong di tempatku berdiri semula sembari kembali menatap Mba Yuli yang juga masih mengantri. Tiba²…,haaaaaa itu kan TCOT, buku yang sedari tadi dan bahkan berbulan-bulan yang lalu aku cari. Setengah berlari (takut keburu diambil orang) aku ambil buku tersebut. Hhaahhhhh, lega banget. Rasanya campur aduk, pokoknya puas banget. Alhamdulillah, semua ‘pengorbanan’ rasanya lunas saat itu juga. Sepele, tapi itu lebih dari cukup sebagai bukti bahwa sabar dan ikhlas memang berbuah manis. Amin, Insyaallah.