Kau benci aku
Biar kusayangi kau
Kurakit sebuah kereta
Tuk jamai kotamu
Senja, sendiri
Kan kurayapi rasamu
Agar kutahu denyut kepalsuanmu
Resah, gelisah
Senyum mengembang terpaksa
Rambut kusut pakaian lusuh
Membawa seonggok daging yang dicerabut
Dari dada seorang kawan
Sepatu berdebu
Keringat membasah
Jiwa mengelus
Tapi kata Cuma kata
Tertulis tetap sebagai kata, yang lemah
Tak pernah muncul menjadi peri
Menyumpal mulut karena mengeluh
Bukan karena malas, terlalu renta
Suara bayi pertama
Memecah subuh kotamu
Aku pun tetap terjaga
Kau benci aku
Biar aku sayangi kau